Jumat, 22 April 2016

Allah Apa Kata Mu

 
Allah Apa Kata Mu
Pada dasarnya setiap manusia pasti menginginkan bisa hidup tenang, bahagia,  serta tidak ada konflik batin, seperti kecemasan, kekhawatiran dan takut dalam hidup. Itu semua adalah hal yang sangat diinginkan oleh semua orang, tapi sayangnya, bagi beberapa orang, hal itu merupakan sesuatu yang paling sulit untuk diraih.
Kebanyakan dari kita, seringkali mencemaskan segala sesuatu yang terkait dengan rezeki dan keinginan-keinginan duniawi kita yang belum tercapai. Tidak ada yang salah dengan mempunyai keinginan, karena itu dapat membuat kita termotivasi untuk berusaha, berikhtiar mendapatkannya. Tetapi yang sering membawa kita pada kekecewaan adalah, disaat usaha kita tidak membuahkan hasil/gagal. Ini salah satu yang menjadi penyebab konflik batin yang menyebabkan ketidakbahagiaan
Kita harus menyadari bahwa hidup kita kadang berada di atas dan kadang berada di bawah. Dalam hidup ini, kadang kita bisa meraih apa yang kita inginkan, dan kadang kita tidak bisa meraihnya.  Kadang berhasil dan kadang mengalami kegagalan. Tidak ada seorang pun manusia yang tahu apa yang akan terjadi pada dirinya esok hari, satu jam kemudian atau semenit kemudian. Sebagai manusia, kita hanya bisa berusaha, berikhtiar, berdoa disertai dengan tawakal kepada Allah SWT. Dalam berusaha untuk mencapai apa yang kita inginkan, sebaiknya kita berusaha dan ikhtiar sebaik mungkin, namun tetap menyerahkan segala hasil dari usaha yang kita lakukan kepada Allah SWT. Karena Allah SWT lah yang berhak menentukan, Allah SWT  Maha Kuasa atas segala sesuatu dan Allah SWT Maha tahu apa yang paling baik dan paling cocok untuk kita.
Dia-lah yang berhak menentukan segalanya, karena setiap kejadian, apakah itu kejadian baik atau buruk yang menimpa segenap insan di bumi ini, merupakan bagian dari skenario Allah SWT dan semuanya sudah tertuang dalam Lauhil Mahfuzh.  Perhatikan firman-Nya berikut ini: “Dan kami pasti akan menguji kalian dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa, dan buah-buahan. Dan sampaikanlah kabar gembira kepada orang-orang yang sabar. (Yaitu) orang-orang yang apabila ditimpa musibah, mereka mengucapkan: “Inna lillaahi wa innaa ilaihi raaji’uun” (sungguh, kami adalah milik Allah dan kepada-Nya kami kembali), Mereka itulah yang mendapat keberkatan yang sempurna dan rahmat dari Tuhan mereka dan mereka itulah orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS. Al-Baqarah (2) : 155-157).
Allah menciptakan langit dan bumi beserta isinya, semuanya tentu mengandung hikmah dan tidak ada yang sia-sia. Allah SWT berfirman: “Dan Kami tidak menciptakan langit dan bumi dan apa yang ada antara keduanya tanpa hikmah (hanya sia-sia saja). Yang demikian itu adalah anggapan orang-orang kafir, maka celakalah orang-orang kafir itu karena mereka akan masuk neraka…” (Ash-Shaad [38] : 27).
Begitu juga disaat Allah memberikan manfaat (kebaikan) atau suatu kesulitan (musibah) pada seseorang, tentunya hal ini juga pasti mengandung hikmah didalamnya. Untuk itu kita harus selalu berhusnuzhan (berprasangka baik) terhadap segala sesuatu yang telah Allah tetapkan kepada para hamba-Nya, agar kita termasuk orang-orang yang beruntung.
Pernahkah teman-teman merasa kecewa dengan hasil akhir yang Allah berikan? Sebagai manusia yang memiliki naluri atau perasaan, itu wajar-wajar saja. Hanya saja yang terpenting jangan sampai kekecewaan itu menjadikan kita berburuksangka terhadap ketentuan takdir Allah, karena Allah yang memiliki diri kita, sangat tahu apa yang paling baik dan apa yang paling cocok untuk kita.
Dalam keadaan yang bagaimanapun, kita tidak boleh berburuksangka terhadap segala ketentuan takdir-Nya. Karena berburuk sangka merupakan sikap orang-orang jahiliyah, yang merupakan bentuk kekufuran. Perhatikan dengan seksama firman Allah SWT berikut ini:  “Kemudian setelah kamu berdukacita, Allah menurunkan kepada kamu keamanan (berupa) kantuk yang meliputi segolongan dari pada kamu sedang segolongan lagi telah dicemaskan oleh diri mereka sendiri, mereka menyangka yang tidak benar terhadap Allah seperti sangkaan jahiliyah. Mereka berkata: “Apakah ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini?.” Katakanlah: “Sesungguhnya urusan itu seluruhnya di tangan Allah.” Mereka menyembunyikan dalam hati mereka apa yang tidak mereka terangkan kepadamu; mereka berkata: “Sekiranya ada bagi kita barang sesuatu (hak campur tangan) dalam urusan ini, niscaya kita tidak akan dibunuh (dikalahkan) di sini.” Katakanlah: “Sekiranya kamu berada di rumahmu, niscaya orang-orang yang telah ditakdirkan akan mati terbunuh itu keluar (juga) ke tempat mereka terbunuh.” Dan Allah (berbuat demikian) untuk menguji apa yang ada dalam dadamu dan untuk membersihkan apa yang ada dalam hatimu. Allah Maha Mengetahui isi hati”. (Ali-Imran [30: 154)  Jadi, sedapat mungkin dalam setiap masalah, sebaiknya  kita selalu berbaiksangka kepada Allah SWT.
Manusia memang boleh berharap dan berencana tentang apa saja, tetapi Allah jugalah yang menentukan hasil akhirnya. Ini berlaku bagi siapa saja. Oleh karena itu, apapun yang kita usahakan dan harapkan, tetap harus ada ruang yang kita sediakan untuk Allah. Sebuah ruang gelap, yang merupakan ruang keyakinan kita terhadap segala kehendak Allah, yang benar-benar berada di luar kuasa dan jangkauan kita. Yang mana dalam ruang keyakinan ini, kita hanya bisa menyikapinya dengan cara berdoa, berharap dan bertawakal kepada-Nya.
Seseorang mukmin yang meyakini Allah sebagai Tuhannya, harus meyakini  bahwa Allah lah yang menentukan usia, rezeki, jodoh dan segala ketetapan lain atas dirinya, termasuk datangnya musibah atau kekecewaan.  Namun kadang kita mengeluh dan tidak menyukai ketetapan-Nya yang tidak sesuai dengan keinginan kita.  Perhatikanlah dengan seksama firman Allah SWT berikut ini: ”…. Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui” (QS Al Baqarah {2] : 216)
Dan perhatikan juga firman Allah SWT yang lain: ”.…..karena mungkin kamu tidak menyukai sesuatu, padahal Allah menjadikan padanya kebaikan yang banyak.”(QS. An Nissa [4] : 19)
Perhatikan juga sabda Rasulullah SAW berikut ini: “Sungguh, amat mengagumkan keadaan orang mukmin  itu, karena semua urusannya itu baik baginya. Bila ia mendapat  nikmat (kebahagiaan), dia bersyukur, maka itu menjadi kebaikan baginya. Dan bila ditimpah musibah, dia bersabar, maka itu menjadi kebaikan baginya.” (HR. Muslim). 
Orang bijak berkata bahwa hidup adalah rangkaian ikhtiar demi ikhtiar yang tidak selalu berujung dengan kesenangan atau keberhasilan. Karena perjalanan hidup memang tidak selalu mulus sesuai dengan  harapan kita. Malah hidup itu sendiri merupakan perpindahan dari satu masalah ke masalah lain. Dunia dengan segala godaannya yang memikat hati adalah tempat  masalah, Dan dunia ini adalah tempat iman kita diuji dengan kesulitan atau kemudahan, dengan kebaikan atau keburukan, hingga Allah mengetahui siapa yang benar-benar berjihad dan  bersabar di jalan-Nya, seperti tertulis dalam firman-Nya: ”Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu, dan agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu”. (QS. Muhammad [47] : 31)
Dan firman-Nya dalam ayat yang lain: ”Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa lagi Maha Pengampun” (QS. Al Mulk [67]: 2)
Perhatikan juga firman Allah SWT berikut ini: “Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (QS. Al Baqarah [2]: 214).
Dalam hal ini Rasulullah SAW  pernah menggambarkan tingkatan ujian sebagai berikut:  ”Tingkat berat-ringannya ujian, disesuaikan dengan kedudukan manusia itu sendiri. Orang yang paling berat menerima ujian adalah para Nabi, kemudian orang yang lebih dekat derajatnya kepada mereka berurutan secara bertingkat. Orang diuji menurut tingkat ketaatan kepada agamanya. Jika ia sangat kukuh kuat dalam agamanya, diuji pula oleh Allah sesuai dengan tingkat ketaatan kepada agamanya. Demikian bala dan ujian itu senantiasa ditimpakan kepada seorang hamba sampai ia dibiarkan berjalan dimuka bumi tanpa dosa apapun.”   (HR. Tirmidzi)
Sebagai manusia biasa, mungkin kita pernah mengalami  saat kita merasa tidak kuat lagi menahan beban masalah, dimana kita rasakan semuanya sangat berat, semua jalan terasa buntu dan tidak ada harapan lagi. Saat kita sedang dalam keadaaan tidak kuat inilah kita harus ingat dan kita harus yakin, bahwa Allah tidak akan membebani  seseorang di luar batas kesanggupannya (QS.Al Baqarah [2]: 286). Ini adalah firman dan jaminan Allah, dan semua firman dan jaminan dari Allah pasti benarnya.  Jadi tidak akan pernah ada dalam hidup manusia, beban persoalan yang over dosis.
Ketahuilah, kadang justru disaat kita hampir merasa tidak sanggup,  saat kita berada puncak kegentingan, disaat kita merasa sudah benar-benar tidak berdaya  menghadapi badai topan ujian yang sangat berat. Maka biasanya kepasrahan total atau ketergantungan yang tulus akan lahir dalam diri kita, dimana tidak ada sandaran, tempat bergantung dan berharap selain Allah.  Maka pada saat itu pula lah  kita akan benar-benar tawakal berserah diri kepada Allah. Dan pertolongan Allah selalu menyertai orang-orang yang tawakal.
Perhatikan firman Allah SWT berikut ini: “Jika Allah menolong kamu, maka tak adalah orang yang dapat mengalahkan kamu; jika Allah membiarkan kamu (tidak memberi pertolongan), maka siapakah gerangan yang dapat menolong kamu (selain) dari Allah sesudah itu? Karena itu hendaklah kepada Allah saja orang-orang mukmin bertawakal(QS. Ali Imran [3]: 160)
Karena itu, usahakanlah untuk selalu berbaiksangka terhadap segala ketentuan-Nya.  Bukankah kita bisa dengan mudahnya berbaiksangka menerima ketentuan-Nya yang baik-baik dan yang menyenangkan kita? Sebaliknya, kitapun harus dengan mudah berbaiksangka terhadap segala ketetntuan-Nya yang kurang baik atau yang tidak menyenangkan kita.  Jangan egois dan hanya bisa menerima yang baik-baik dan yang menyenangkan kita saja, karena bila demikian, itu menunjukkan, kita masih kekanak-kanakan dan masih jauh dari kedewasaan iman.
index.jpeg
Kesimpulan : Ketika Allah SWT belum menjawab segala do’a yang kita inginkan. Jangan lah kita putus asa dan seharusnya kita tetap berusaha serta berbaik sangka kepada-Nya. Mungkin Allah SWT mempunyai waktu yang lebih tepat untuk menberikan apa yang kita harapkan.

0 komentar:

Posting Komentar