Senin, 20 Juni 2016

ETOS KERJA

BAB I PENDAHULUAN A.Latar belakang Setiap manusia diwajibkan untuk melakukan usaha dan berperilaku baik. Usaha yang dilakukan haruslah sungguh-sungguh dengan niat ikhlas. Tidak boleh setengah-setengah karena hasilnya tidak akan maksimal. Dalam Islam juga diwajibkan untuk berikhtiar dan tidak hanya pasrah. Allah akan memberikan karunia terhadap setiap usaha yang dikerjakan dan juga disertai dengan doa. Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Dalam ungkapan lain dikatakan juga, “Tangan di atas lebih baik dari pada tangan di bawah, Memikul kayu lebih mulia dari pada mengemis, Mukmin yang kuat lebih baik dari pada muslim yang lemah. Allah swt.menyukai mukmin yang kuat bekerja.”Nyatanya kita kebanyakan bersikap dan bertingkah laku justru berlawanan dengan ungkapan-ungkapan tadi. Dalam zaman yang modern ini, kita dituntut untuk selalu berusaha, tidak hanya rajin, tapi lebih dari itu, asalkan tidak melanggar dan melampaui batas – batas dalam Islam. Untuk itu, disini penulis akan memaparkan mengenai etos kerja secara lebih rinci. B. Rumusan Masalah 1. Apa pengertian etos kerja ? 2. Bagaimana pandangan islam tentang etos kerja ? 3. Bagaimana dalil-dalil Al-Qur’an dan Hadits tentang etos kerja ? BAB II PEMBAHASAN A.Pengertian Etos Kerja Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata etos artinya pandangan hidup dalam suatu golongan secara khusus. Sedangkan kata kerja, artinya perbuatan melakukan sesuatu kegiatan yang bertujuan mendapatkan hasil. Menurut Franz Magnis dan Suseno berpendapat bahwa etos adalah semangat dan sikap batin tetap seseorang atau sekelompok orang sejauh di dalamnya termuat tekanan moral dan nilai-nilai moral tertentu. Menurut Clifford Geertz berpendapat bahwa etos adalah sebagai sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia yang dipancarkan hidup. Menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Ihya-u ‘Ulumuddin”, pengertian etos (khuluk) adalah suatu sifat yang tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah dengan tidak membutuhkan pemikiran.4 Kamus Wikipedia menyebutkan bahwa etos berasal dari bahasa Yunani; akar katanya adalah “ethikos”, yang berarti moral atau menunjukkan karakter moral. Dalam bahasa Yunani kuno dan modern, etos punya arti sebagai Karakteristik, sikap, kepercayaan, dan kebiasaan, yang bersifat khusus tentang seorang individu atau sekelompok manusia, Bila ditelusuri lebih dalam, etos kerja adalah respon yang dilakukan oleh seseorang, kelompok, atau masyarakat terhadap kehidupan sesuai dengan keyakinannya masing-masing. Setiap keyakinan mempunyai sistem nilai dan setiap orang yang menerima keyakinan tertentu berusaha untuk bertindak sesuai dengan keyakinannya. Bila pengertian etos kerja didefinisikan, etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang kelompok atau masyarakat. Etika tentu bukan hanya dimiliki bangsa tertentu. Masyarakat dan bangsa apapun mempunyai etika, ini merupakan nilai-nilai universal. Nilai-nilai etika yang dikaitkan dengan etos kerja seperti rajin, bekerja, keras, berdisplin tinggi, menahan diri, ulet, tekun dan nilai-nilai etika lainnya bisa juga ditemukan pada masyarakat dan bangsa lain. Kerajinan, gotong royong, saling membantu, bersikap sopan misalnya masih ditemukan dalam masyarakat kita. Perbedaannya adalah bahwa pada bangsa tertentu nilai-nilai etis tertentu menonjol sedangkan pada bangsa lain tidak. B. Ayat-ayat Al-Qur’an yang Membahas Tentang Etos Bekerja Dalam Al-qur’an surat Al Qashas ayat 77 Allah SWT berfirman5 : Artinya : Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan) duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka) bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. (al Qashash: 77). C. Kandungan Isi Surat Al Qashash ayat 77 Pada ayat ini Allah SWT menerangkan empat macam nasihat dan petu njuk yang ditujukan kepada Karun oleh kaumnya. Barangsiapa mengamalkan nasihat dan petunjuk itu akan memperoleh kesejahteraan di dunia dan di akhirat kelak. 1. Orang yang dianugerahi oleh Allah SWT kekayaan yang berlimpah-limpah, perbendaharaan harta yang bertumpuk-tumpuk serta nikmat yang banyak, hendaklah ia memanfaatkan di jalan Allah, patuh dan taat pada perintah-Nya, mendekatkan diri kepada-Nya untuk memperoleh pahala sebanyak-banyaknya di dunia dan di akhirat. Sabda Nabi Muhammad SAW: Manfaatkan yang lima sebelum datang (lawannya) yang lima; mudamu sebelum tuanmu, sehatmu sebelum sakitmu, kayamu sebelum miskinmu, waktu senggangmu sebelum kesibukanmu dan hidupmu sebelum matimu. (H.R. Baihaki dari Ibnu Abbas) 2. Janganlah seseorang itu meninggalkan sama sekali kesenangan dunia baik berupa makanan, minuman dan pakaian serta kesenangan-kesenangan yang lain sepanjang tidak bertentangan dengan ajaran yang telah digariskan oleh Allah SWT, karena baik untuk Tuhan, untuk diri sendiri maupun keluarga, semuanya itu mempunyai hak atas seseorang yang harus dilaksanakan. Sabda Nabi Muhammad SAW : Kerjakanlah (urusan) duniamu seakan-akan kamu akan hidup selama-lamanya. Dan laksanakanlah amalan akhiratmu seakan-akan kamu akan mati besok. (H.R. Ibnu Asakir) 3. Seseorang harus berbuat baik sebagaimana Allah SWT berbuat baik kepadanya, membantu orang-orang yang berkeperluan, pembangunan mesjid. madrasah, pembinaan rumah yatim piatu di panti asuhan dengan harta yang dianugerahkan Allah kepadanya dan dengan kewibawaan yang ada padanya, memberikan senyuman yang ramah tamah di dalam perjumpaannya dan lain sebagainya. 4. Janganlah seseorang itu berbuat kerusakan di atas bumi, berbuat jahat kepada sesama makhluk Allah, karena Allah SWT tidak menyukai orang-orang yang berbuat kerusakan. Allah SWT tidak akan menghormati mereka, bahkan Allah tidak akan memberikan rida dan rahmat-Nya. D. Asbabun Nuzul Surat Al Qashash ayat 77 Tidak semua wahyu Allah terdapat asbabun nuzul. Salah satunya yaitu Surat Al Qashash ayat 77. Dalam tafsir tidak dijelaskan penyebab (asbabun nuzul) ayat tersebut. E. Hal-hal yang Menunjukkan dan Menerapkan Perilaku Beretos Kerja Menurut Surat Al Qashash ayat 77 Berdasarkan uraian di atas maka perilaku prang yang mengamalkannnya antara lain: 1. Giat dalam bekerja dan mencari rezeki. 2. Selalu melakukan pekerjaan dengan niat yang tulus untuk mendapatkan ridha Allah. 3. Yakin dalam hatinya, bahwa kebaikan yang kita lakukan dengan ikhlas akan berbuah manis di akhirat. 4. Menjadikan pekerjaan duniawi sebagai sarana untuk mencapai tujuan ukhrawi. F. Penerapan Surat Al Qashash ayat 77 Dalam kehidupan sehari-hari, orang yang mengamalkan ayat ini akan senantiasa ikhlas dalam melaksanakan tanggung jawabnya sebagai kepala keluarga. Misalnya dalam mencari nafkah, ia tidak akan terbebani dengan pekerjaan yang dilakukannya, karena dalam hatinya ia selalu berharap mendapatkan ridha Allah SWT, dan tidak memikirkan pandangan manusia. G. Makna Mufrodat Surat Al Qashash ayat 77 memperbaiki dan carilah Allah pada apa kepadamu sampai kepadamu dan janganlah Allah kamu mencari/berbuat rumah/kampung kerusakan akhirat di dan jangan muka bumi melupakan sesungguhnya bahagianmu Allah dari tidak dunia menyukai dan (kamu) berbuat baiklah orang-orang yang membuat kerusakan sebagaimana H. Ayat Munasabah Dalam Al-qur’an surat Al Insyirah ayat 7-8 Allah SWT berfirman : Artinya : 7. Maka apabila kamu Telah selesai (dari sesuatu urusan), kerjakanlah dengan sungguh-sungguh (urusan) yang lain[1586], 8. Dan Hanya kepada Tuhanmulah hendaknya kamu berharap. I.Asbabun Nuzul Surat Al-Insyirah Nabi muhammad SAW sangat sedih karena kematian salah satu putranya. Kaum Quraisy memanfaatkan kesempatan ini dengan memperolok Nabi Muhammad SAW. " Putuslah keturunan Muhammad" kata kaum Quraisy kepada Nabi Muhammad SAW. Hal ini membuat Nabi Muhammad bertambah sedih. Para sahabat mulai risau dengan keadaan Nabi Muhammad SAW yg semakin hari semakin sedih dan punggungnya mulai membungkuk seolah olah ada beban yg memberati punggunya. Kemudian Allah menurunkan surat Al-Insyirah kepada Nabi Muhammad SAW sebagai penghibur hati Nabi Muhammad SAW yang sedang sedih oleh kematian putranya tersebut. Di dalam surah Al-Insyirah Allah telah menghibur nabi. J. Kandungan Surat Al-Insyirah ayat 7-8 7. Makna syari’ (lahiriah) dari ayat ini adalah bahwa begitu kita selesai berurusan dengan dunia dan dengan segala tanggung jawab kita di dalamnya, hendaknya kita bersiap-siap untuk mencari pengetahuan langsung tentang Realitas Ilahi. Menurut penafsiran golongan ahl al-Bayt tentang ayat ini, bila kita selesai menunaikan salat-salat formal kita, maka hendaknya kita melanjutkan ke tahap berikutnya, yakni begadang sepanjang malam melaksanakan salat lagi, zikir dan belajar. Bila kita sudah menyelesaikan segala kewajiban kita terhadap penciptaan dan terhadap Pencipta kita, maka hendaknya kita berbuat lebih, dan mencurahkan diri kita sepenuhnya. Perjuangan dan upaya batin ini adalah makna harfiah dari kata jihad, yang hanya dalam peristiwa tertentu saja menjadi 'perang suci'. 8. Ketika kita mempraktikkan hasrat keingintahuan kita, bila kita menginginkan pengetahuan, maka kita akan menjadi pengetahuan, persis sebagaimana kita mempraktikkan kemarahan, maka kita pun akan menjadi kemarahan. Begitu kita meletakkan dasar-dasar yang perlu untuk menunaikan segala kewajiban kita, maka kita pun sah untuk menjadikan Allah sebagai satu-satunya tujuan kita. Bagaimana pun, menunaikan kewajiban kita terlebih dahulu adalah penting, karena, kalau tidak kita akan melaksanakan keinginan untuk melarikan diri. K. Hadits-hadits yang bersangkutan dengan Etos Kerja عَنْ أَنَسٍ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ: كَانَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَ سَلَّمَ يَقُوْلُ : اَللّٰهُمَّ إِنِّى أَعُوْذُبِكَ مِنَ الْعَجْزِ وَالْكَسَلِ وَالجُبْنِ وَأَعُوْذُبِكَ مِنْ عَذَابِ الْقَبْرِ وَفِتْنَةِ الْمَحْيَا وَالْمَمَاتِ. (رواه مسلم) Dari Anas ra. Ia berkata, Rasulullah saw bersabda, “Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari sifat lemah, malas, dan penakut. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur, ujian hidup dan ujian mati. (HR. Muslim) a.Penjelasan Hadits Hadist diatas berisi tentang doa agar kita semua dijauhkan dari sifat lemah, malas dan penakut serta doa minta dijauhkan dari siksa kubur dan ujian di dunia maupun di akhirat. Dan sebagai konsekuensinya maka kita harus berusaha sekeras mungkin untuk menghilangkan sifat-sifat buruk kita dan melakukan kegiatan yang positif. Sifat lemah disini adalah meliputi lemah fisik dan mental. Jika fisik lemah maka tidak dapat berusaha secara maksimal dan optimal. Sementara lemah mental bisa menyebabkan seseorang tidak dapat berfikir dengan baik dan akan menyebabkan kebodohan. Sifat malas disini meliputi malas beribadah, malas bekerja, malas bebelajar sebagai peajar, maka kepada Allah SWT kita memohon agar dihindarkan dari sifat itu. Sifat takut mengandung maksud takut dalam mengerjakan kebaikan. Atau takut bukan pada tempatnya, seperti takut pada selain Allah, yaitu kepada syaitan, tempat-tempat angker, benda-benda keramat dan lain-lain. Maka dari itu kita hanya boleh takut kepada Allah SWT akan adzab-Nya. Sementara untuk siksa kubur adalah memohon perlindungan kepada Allah agar terhindar dari adzab kubur. Maka dengan itu kita harus selalu melakukan amal shaleh dan berdoa kepada-Nya. Adapun untuk ujian hidup dan mati adalah dengan memohon perlindungan Allah dari fitnak ketika masih hidup dan fitnah ketika sudah meninggal. Ujian bagi manusia dari Allah yang berupa ujian kebaikan, seperti harta, jabatan, anak dan kesehatan. Sedangkan ujian yang sedikit kearah kurang baik, seperti kecelakaan, kematian, kelaparan dan sakit. Maka dengan itu seseorang akan dinyatakan lolos dari ujian jikalah ia mau bersyukur saat ia menerima ujian kebaikan. bersabar dan bertawakal jikalah ia tertimapa ujian yang kurang baik. b.Menerapkan Perilaku Etos Kerja Berdasarkan Hadits diatas Sifat lemas, malas dan penakut adalah sifat-sifat negatif yang berada dalam diri manusia. Karena itulah kita harus membuang jauh-jauh sifat-sifat tersebut dari diri kita dengan cara giat bekerja. Dengan giat bekerja maka kitan akan meraih kesuksesan dan kesuksesan itu tidak luput dari rajin beribadah, bersyukur, sabar dan tawakal sebagai kekuatan dalam menghadapi cobaan hidup agar terhidar dari siksa kubur maupun siksa neraka. M. Hadits Lain yang Membahas Tentang Etos Kerja عَنْ أَنَسٍ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ : لَيْسَ بِخَيْرِكُمْ مَنْ تَرَكَ دُنْيَاهُ لِأَخِرَتِهِ وَتَرَكَ أَخِرَتَهُ لِدُنْيَاهُ حَتَّى يُصِيْبَ مِنْهُمَا جَمِيْعًا فَإِنَّ الدُّنْيَا بَلاَغٌ إِلَآ الْأَخِرَةِ وَلاَ تَكُوْنُوْا كَلاًّ عَلَى النَّاسِ (رَوَاه ابن عساكر( Dari Anas ra berkata: Rasulullah saw bersabda, “Tidak baik orang yang meninggalkan dunia untuk kepentingan akhirat saja, atau meninggalkan akhirat untuk kepentingan dunia saja, tetapi harus memperoleh kedua-duanya. Karena kehidupan dunia mengantarkan kamu menuju akhirat. Oleh karena itu jangan sekali-kali menjadi beban orang lain.” (HR. Ibnu `Asakir). b.Penjelasan Hadits Sebagian orang ada yang mengutamakan kehidupan akhirat dari pada kehidupan dunia, oleh karena itu dia akan terus berdzikir dan beribadah kepada allah dan melalaikan kehidupan dunia. Cara hidup seperti bukanlah cara hidup yang baik menurut rasulullah Ada pula orang yang lebih mengutamakan kehidupan di dunia dari pada kehidupan di akhirat, oleh karena itu dia akan terus bekerja untuk mengejar dunia, sehingga ia lupa akan allah. Cara hidup seperti ini juga bukanlah cara hidup yang baik menurut rasullah Kehidupaan yang baik ialah kehidupan seseorang yang mampu menyeimbangkan kehidupan dunia dan akhiratnya dengan menyadari bahwa hidup di dunia akan ada akhirnya, dan bekal hidup di akhirat hanyalah amal shaleh yang kita lakukan selama hidup didunia. Sebagai umat islam kita dilarang untuk menjadi beban orang lain, maka dari itu kita harus berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari hari dengan kemampuan kita sendiri. BAB III PENUTUP A.Kesimpulan Etos kerja adalah respon yang unik dari seseorang atau kelompok atau masyarakat terhadap kehidupan, respon atau tindakan yang muncul dari keyakinan yang diterima dan respon itu menjadi kebiasaan atau karakter pada diri seseorang atau kelompok atau masyarakat. Dengan kata lain, etika kerja merupakan produk dari sistem kepercayaan yang diterima seseorang kelompok atau masyarakat. Islam sangatlah menganjurkan hamba-Nya untuk bekerja keras dalam peekerjaan. Dan Rasulullah SAW bersabda: “bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu hidup selamanya, dan beribadahlah untuk akhiratmu seakan-akan kamu mati besok.” Banyak sekali ayat-ayat didalam al-qur’an yang membahas tentang etos kerja salah satunya adalah Surat Al Qashash ayat 77 yang menganjurkan setiap orang mukmin untuk giat dalam bekerja. DAFTAR PUSTAKA Departemen Agama RI, al-qur’an dan terjemah Y.S. Amran Chaniago, Kamus Lengkap Bahasa Indonesai, Bandung: CV. Pustaka Setia, 1997 Sudirman Tebba, Membangun Etos Kerja Dalam Perspektif Tasawuf. Bandung. Pustaka Nusantara Publishing, 2003. Muhammad Al-Ghazali, Ihya-u ‘Ulumuddin Syukur, Aisyah, dkk, Al Qur’an Hadis, Gresik : CV Gani dan Son, 2004 Sumber lain http://www.clerobo.com/2015/09/penjelasan-tentang-etos-kerja-dalam-qs.html http://abuenadlir.blogspot.co.id/2015/03/surat-al-insyirah-kelapangan-dada.html

0 komentar:

Posting Komentar