Senin, 02 Mei 2016

Pendidikan dan Stratifikasi Sosial

1.1 Latar Belakang Masalah
Dunia pendidikan Indonesia, semakin hari semakin berkembang.Namun, seperti kita ketahui, perkembangan ini tidak sepadan dengan kualitas pendidikan itu sendiri. Hal ini mengakibatkan kesenjangan atau ketimpangan di dalam masyarakat Indonesia seperti kualitas lulusan, kesenjangan antara pendidikan kota dan desa, dan sebagainya. Selain itu, didalam pendidikan muncul masalah yang tidak dapat terpisahkan dari pendidikan itu sendiri yang tidak lain adalah bahwa pendidikan cenderung menjadi sarana stratifikasi sosial.
Seperti yang kita ketahui, stratifikasi sosial merupakan pengelompokan terhadap suatu masyarakat kedalam kelas-kelas tertentu.Dimana pengelompokan ini dapat memperlihatkan perbedaan status yang ada didalam masyarakat.Scot  menjelaskan bahwa setiap sistem stratifikasi sosial akan melahirkan mitos dan rasionalnya sendiri untuk menerangkan apa sebabnya masyarakat tertentu harus dianggap lebih tinggi kedudukannya dibandingkan yang lain.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penyusun mencoba mendalami dan mengkaji permasalahan tersebut dalam makalah yang berjudul “Pendidikan dan Stratifikasi Sosial”.

1.2 Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Stratifikasi Sosial dan Pendidikan?
b. Sebutkan tipe­-tipe stratifikasi sosial?
c.Bagaimana hubungan antara pendidikan dengan Stratifikasi sosial?







BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan
Menurut Langeveld, pendidikan adalah setiap usaha, pengaruh, perlindungan dan bantuan yang diberikan kepada anak tertuju pada pendewasaan anak itu, atau lebih tepat membantu anak agar cukup cakap melaksanakan tugas hidupnya sendiri. Sedangkan menurut UUNo. 2Tahun 1989, pendidikan merupakan usaha sadar untuk menyiapkan peserta didik melalui kegiatan bimbingan, pengajaran, dan atau latihan bagi peranannya dimasa yang akandatang.
Dari pegertian tersebut dapat disimpulkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat diartikan pula bahwa pendidikan mempunyai fungsi atau kegunaan. Menurut Horton dan Hunt pendidikan mempunyai dua fungsi yakni fungsi manifest dan fungsi laten. Sebagai fungsi manifest, pendidikan dapat membantu seseorang untuk dapat mencari nafkah. Melalui pendidikan seseorang akan mempunyai keterampilan yang dibutuhkan oleh masyarakat. Dan dari keterampilan itulah, ia akan mampu untuk mencari nafkah. Selain itu pendidikan juga berfungsi sebagai alat untuk melestarikan kebudayaan. Sebagai fungsi laten, pendidikan berfungsi sebagai sarana untuk memperpanjang masa ketidakdwasaan, mengurangi pengendalian orang tua, dan sebagainya.
Pendidikan adalah suatu lembaga yang bertujuan untuk mengembangkan potensi setiap peserta didiknya, sehingga bisa dikatakan bahwa melalui pendidikan lah seseorang bisa memperlihatkan dan mengembangkan kemampuannya yang kemudian akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat.

2.1 Stratifikasi Sosial
Menurut Pitirim A. Sorokin adalah perbedaan penduduk/masyarakat ke dalam lapisan-lapisan kelas secara bertingkat (hierarkis).Pitirim A. Sorokin dalam tulisan yang berjudul Sosial Stratification mengatakan bahwa sistem lapisan dalam masyarakat itu merupakan ciri yang tetap dan umum dalam masyarakat yang hidup teratur.Sedangkan menurut Drs. Robert M.Z. Lawang stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hirarkis menurut dimensi kekuasaan, privilese dan prestise.
Dari pengertian para ahli diatas dapat disimpulkan bahwa stratifikasi sosial merupakan sebuah pengelompokan masyarakat unuk membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya.
R.K. Kelsell dan H.M. Kelsell (1974 )[1], bahwa pada suatu masyarakat merupakan suatu hal yang ditandai adanya ketidaksamaan struktur (structured inequality) yang tampak pada sejumlah pengaturan institusi social pada suatu masyarakat. Stratifikasi social atau pelapisan social pada dasarnya berbicara tentang penguasaan sumber-sumber social. Sumber social segala sesuatu yang oleh masyarakat dipandang sebagai suatu yang berharga tetapi terbatas  dalam jumlah sehingga memperolehnya diperlukan usaha-usaha tertentu.
Terjadinya stratifikasi social dikarenakan tidak adanya keseimbangan antara hak dan kewajiban sehingga rasa tanggung jawab social berkurang lalu dilanjutkan adanya ketimpangan pemilikan nilai atau harga.
Akibatnya sesama anggota kelompok social menilai dan memilah-milah yang akhirnya tersirat dan diakui adanya perbedaan, pada akhirnya munculah strata.Bentuk pelapisan dalam masyarakat berbeda banyak sekali, tetapi pelapisan itu tetap ada[2]. Stratifikasi social adalah sebuah konsep yang menunjuk kan adanya  perbedaan atau pengelompokan suatu kelompok social (komunitas) secara bertingkat. Misalnya, dalam komunitas tersebut terdapat strata tinggi,strata sedang, dan strata rendah.
Strata social rendah meliputi keluarga ekonomi lemah: buruh tani, pedagang kecil, karyawan harian, berpendidikan formal rendah, tempat tinggal sederhana dan kurang baik, perhatian pada pemenuhan kebutuhan hari ini, jangkauan hari esok terbatas, anak diarahkan segera lepas dari tanggung jawabnya, produktivitas rendah, taat, tahan penderitaan, masukkan ke sekolah kurang bermutu atau syaratnya ringan.
Strata social menengah bercirikan: penghasilan melebihi keperluan hidup, biasa menabung, terpelajar, pendidikan sebagai alat kemajuan, mengandrungi masa depan lebih baik, menyekolahkan anak dalam waktu panjang, dan sekolah bermutu tinggi.
Strata social tinggi yakni keluarga lapisan atas, dengan cirri-ciri: kehidupan ekonomi sangat baik, kaya raya, berwibawa, tidak khawatir ekonomi dikemudian hari, mempertahankan status, pendidikan formal tidak dipandang sebagai alat mencapai kemajuan.
Perbedaan atau pengelompookan ini di dasarkan pada adanya suatu simbol- symbol tertentu yang dianggap berharga dan bernilai, baik berharga atau bernilai social, ekonomi, poliltik, hukum, budaya, maupun dimensu lainya dalam suatu kelompok social (komunitas). Adapun ukuran criteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan stratifikasi social[3].
Selain itu, didalam bukunya Saripudin (2010: 48-50) juga mnjelaskan bahwa stratifikasi sosial mempunyi beberapa tipe antara lain:
a.Stratifikasi Sosial Tertutup
Stratifikasi tertutup adalah stratifikasi di mana tiap-tiap anggota masyarakat tersebut tidak dapat pindah ke strata atau tingkatan sosial yang lebih tinggi atau lebih rendah.Contoh stratifikasi sosial tertutup yaitu seperti sistem kasta di India dan Bali serta di Jawa ada golongan darah biru dan golongan rakyat biasa.Tidak mungkin anak keturunan orang biasa seperti petani miskin bisa menjadi keturunan ningrat/ bangsawan darah biru.
b.Stratifikasi Sosial Terbuka
Stratifikasi sosial terbuka adalah sistem stratifikasi di mana setiap anggota masyarakatnya dapat berpindah-pindah dari satu strata/tingkatan yang satu ketingkatan yang lain. Misalnya seperti tingkat pendidikan, kekayaan, jabatan, kekuasaan dan sebagainya.Seseorang yang tadinya miskin dan bodoh bisa merubah penampilan serta strata sosialnya menjadi lebih tinggi karena berupaya sekuat tenaga untuk mengubah diri menjadi lebih baik dengan sekolah, kuliah, kursus dan menguasai banyak keterampilan sehingga dia mendapatkan pekerjaan tingkat tinggi dengan bayaran/penghasilan yang tinggi.
c. Stratifikasi Sosial Campuran
Stratifikasi sosial campuran adalah gabungan dari stratifikasi sistem terbuka dan stratifikasi sistem tertutup dimana masyarakat tersebut dapat untuk pindah kelapisan lebih atas, namun di sisi lain dapat melakukan mobilitas vertical dengan status sama. Contohnya dapat kita temukan pada masyarakat Bali. Misalnya seseorang yang ber kasta Brahmana mempunyai kedudukan terhormat di Bali, namun apa bila ia pindah ke Jakarta menjadi buruh, maka ia akan memperoleh kedudukan rendah, maka ia harus menyesuaikan diri dengan aturan kelompok masyarakat di Jakarta.
Secara historis, setidaknya terdapat 4 basis sistem stratifikasi sosial yang eksis dalam masyarakat manusia :
Pertama,perbudakan pada sistem seperti ini masyarakat dibagi menjadi dua kelompok yaitu pemilik budak dan budak.
Kedua,kasta bertalian dengan kepercayaan bangsa India dimana mereka percaya terhadap reinkarnasi bahwa manusia akan dilahirkan kembali,dan setiap orang wajib menjalani hidup sesuai dengan kastanya. Setiap mereka yang tidak menjalankan kastanya, maka pada kehidupan mendatang akan dilahirkan kembali pada kasta yang rendah.
Ketiga,kepemilikan tanah, berhubung dengan sistem feodal dimana kedudukan seorang dinilai berapa banyak yang memiliki tanah. Tanah ini merupakan hadiah atau penghargaan untuk para raja dan bangsawan atas dukungannya terhadap raja.Keempat,kelas yakni pembagian masyarakat atas ekonomi yang tercermin dalam gaya hidup seorang. Perlu dijelaskan di sini bahwa stratifikasi sosial dan kelas sosial merupakan dua hal yang berbeda,tetapi sering kali digunakan secara bergantian sehingga dalam beberapa bagian menjadi rancu.
Perubahan sosial yang dialami masyarakat sejak zaman kemerdekaan sampai zaman revolusi inustri selanjutnya hingga sekarang secara mendasar dan menyeluruh rela memperlihatkan pembagian kerja dalam masyarakat. Berdasarkan hal tersebut direfensiasi sosial tidak hanya berarti peningkatan perbedaan status secara horizontal maupun vertikal. Hal ini telah menarik para peritis sosiologi awal untuk memerhatikan diferensiasi sosial (social differentiation), yang termasuk juga stratifikasi sosial. Perbedaan yang terlihat dalam masyarakat, ternyata juga memiliki berbagai macam implikasinya dalam kehidupan sehari-hari.
Status yang diperolehnya kemudian menjadi kunci akses ke segala macam hak-hak istimewa dalam masyarakat. Di mana pada dasarnya hak istimewa tersebut merupakan hasil dari rampasan dan penguasaan secara paksa oleh yang satu terhadap lainnya. Pihak yang mendominasi dan di dominasi, pada akhirnya, merupakan sumber dan ketidaksamaan dalam masyarakat. Beragam, argumentasi pun diajukan guna menjelaskan ketidaksamaan ini kemudian berubah menjadi ketidakadilan.
Keberadaan bangsa indonesia terkini, merupakan salah satu negara besar yang demokratis di dunia setelah Amerks dan Jepang, akan sangat besar kemungkinan terjadinya sosial berdasarkan sistem terbuka, seperti dikatakan Soekanto H.A. Tilaar (2008)[4] mengatakan bahwa masyarakat indonesia akan menuju ke suatu masyarakat industri, suatu masyarakat terbuka.
Keterbukaan itu di dukung oleh kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dengan adanya kemudahan-kemudahan komunikasi. Keterbukaan masyarakat merupakan suatu proses yang tidak dapat dibendung sejalan dengan berlangsungnya proses demokrasi yang melanda kehidupan manusia dewasa ini. Hal ini terlihat benteng-benteng otokrasi rontok satu persatu karena mendapat tekanan atas hasrat manusia untuk mewujudkan salah satu hakikat kemanusiaan nya berupa demokrasi. Cepat atau lambat, proses ini akan muncul dan terus berlangsung.
Tempo serta intensitas proses demokrasi itu di pengaruhi oleh beragam faktor, antara lain kehidupan politik bangsa yang menjamin keterbukaan, seperti disyaratkan dalam UUD 1945. Wahana yang disediakan dalam UUD itu hanya dapat berfungsi bila manui indonesia itu cukup cerdas. Tanpa kecerdasan, tidak mungkin ia mengadakan repleksi, menganalisis data, berfikir logis dan sistematis, serta dapat mengantisipasi kehidupan masa depan yang lebih baik. Dengan kecerdasan, manusia dapat meningkatkan wawasannya dan menentukan serta mempersiapkan partisipasinya dalam pembangunan masyarakat dan bangsanya.Keterbukaan dan kebebasan merupakan dua sisi dari dari kebebasan manusia. Manusia yang bebas adalah manusia yang terbuka, ia terbuka untuk dialog dengan sesama, dan ia terbuka untuk dirinya sendiri. Karena itu, seorang yang bebas adalah seorang yang berani berintropeksi untuk melihat kelebihan maupun kekurangan dirinya. Demikian juga karena ia menyadari akan kekurangannya, dia terbuka untuk ide yang baru dari orang lain atau dari lingkungannya.
Latar belakang munculnya stratifikasi sosial dapat disebabkan adanya perbedaan perlakuan dan penghargaan masyarakat terhadap suatu yang dimiliki. Setiap masyarakat memiliki suatu yang dihargai, bisa berupa kepandaian, kekayaan, kekuasaan, profesi, keaslian keanggotaan masyarakat, dan lain sebagainya.
Selama manusia membedakan penghargaan terhadap sesuatu yang dimiliki tersebut, pasti akan menimbulan lapisan-lapisan dalam masyarakat. Semakin banyak kepemilikan, kecakapan masyarakat/seorang terhadap sesuatu yang dihargainya, semakin tinggi kedudukan atau lapisaannya. Sebaliknya, bagi mereka yang hanya memiliki sedikit atau bahkan tidak memiliki sama sekali, maka mereka mempunyai kedudukan dan lapisan/strata yang rendah.
Seorang yang mempunyai tugas sebagai pejabat/ketua atau pimpinan pasti menempati lapisan yang tinggi daripada sebagai anggota masyarakat yang tidak mempunyai tugas apa-apa. Karena penghargaan terhadap jasa atau pengabdiannya seorang bisa pula ditempatkan pada posisi yang tinggi, misalnya pahlawan, pelopor,penemu, dan lain sebagainya. Dapat juga karena keahlian dan keterampilan seorang dalam pekerjaan tertentu dia menduduki pasti tinggi jika dibandingkan dengan pekerja yang tidak memiliki keterampilan apa pun[5].
Dilihat dari sumber terjadinya strtifikasi sosial, sejumlah ahli sosial mengatakan:
a. P.A. Sorikin: stratifikasi bersumber dari distribusi atau pembagian yang tidak sama dalam hak, pembagian tugas, kewajiban/tanggung jawab, nilai-nilai sosial, kekuatan sosial dan pengaruh, di antara anggota masyarakat.
b. Selo Soemarjan: sumber stratifikasi sosial adalah suatu yang dihargai tinggi/rendah oleh masyarakat, dalam hal uang, benda-benda ekonomis, ilmu, dan lain sebagainya.
c. Max Weber: sumber-sumber strata yang berbeda brkembangnya corak hidup yang khusus, seperti tipe pekerjaan,kharisma, dan otoritan pemilik dan/ atau birokrasi.
d. Robbin William Jr: sistem stratifikasi sosial berpangkat pada sistem penjenjangan dalam masyarakat[6].
Made Pidarta (2004)[7] mengatakan bahwa ada hubungan saling memberi dan saling menerima antara lembaga pendidikan dengan masyarakat sekitarnya. Lembaga pendidikan merealisasikan apa yang dicita-citakan oleh warga masyarakat tentang pengembangan putra-putra mereka.
Hampir tidak ada orang tua anak didik yang mampu membina sendiri anak-anak mereka untuk dapat tumbuh dan berkembang secara total, integratif, dan optimal. Itulah sebabnya lembaga pendidikan mengambil alih tugas ini dengan memberi suatu yang berharga bagi masyarakat.
Untuk menentukan golongan/kelompok sosial dapat diikuti tiga metode:
Metode subjektif; merupakan stratifikasi sosial ditentukan berdasarkan kriteria objektif antara lain: jumlah pendapat, lama atau tinggi pendidikan, dan jenis pekerjaan.
Metode subjektif; di mana dengan menggunakan metode ini kelompok/golongan sosial dirumuskan berdasarkan pandangan menurut anggota masyarakat menilai dirinya dalam hierarki kedudukan dalam masyarakat itu
Metode reputasi; dimana metode ini dikembangkan W.I Warner. Menurut metode ini, golongan/kelompok sosial dirumus kan berdasarkan bagaimana anggota menempatkan masing-masing dalam stratifikasi masyarakat itu[8].

2.3 Hierarki Kelas dan Realitas Sosial
Suatu kelompok kelas terdiri dari orang-orang yang memiliki kebiasaan dan nilai-nilai yang sama. Di dalam suatu kmunitas kecil, keanggotaan dari kelas sosial cenderung memiliki organisasi-organisasi yang sama dan menghibur satu sama lain di rumah mereka. Jika mereka tinggal di kota-kota besar, keanggotaan mereka begitu besar yang sebetulnya sedikit dari mereka dapat berasosiasi satu sama lain.
Bahkan, di kota-kota besar, jika anggota dari sosial kelas yang sama menghadapi kesulitan-kesulitan, mereka segera mengatur suatu kesepakatan yang bagus dari persamaan dalam cara hidup mereka dan mengatur satu persamaan lain sebagai kesamaan sosial.
Keberagaman kelas sosial diatur  ke dalam suatu keseluruhan struktur hierarki. Daniel U. Levin dan Robert J. Having J. Havighugurst (1989) mengatakan:
The various social classes are organized into an overall hierarchical structure. Most persons recognize that they occupy a position on a social scale. They acknowledge that there are other people and other groups that have more. Or less economic and political power or social prestige than their ownggroup.Within a particular community people can rank themselves and theior neighbor according to power or prestige; that is, they can assign different individualsTo particular positons on a social ladder.
Hal ini menjelaskan bahwa keberagaman kelas sosial diatur ke dalam suatu struktur hierarki. Hampir semua orang memandang bahwa mereka menempatkan suatu posisi dalam suatu skala sosial. Mereka mengetahui bahwa disana terdapat orng lain atau kelompok lain yang kurang lebih kekuatan ekonomi dan politik atau prestise sosial dari kelompok mereka sendiri.Dalam suatu komunitas tertentu, orang-orang dapat menempatkan mereka sendiri dan tetangga mereka menurut prestise dan kekuatan yakni mereka dapat menyetujui perbedaan individu untuk posisi terentu pada suatu masyarakat. Semua level masyarakat besar atau kecil menunjukkan fenomena tingkatan (rank): pemimpin masyarakat yang berprestise tinggi menempatkan pada posisi-posisi menengah; dan yang lainnya menempatkan pada posisi bawah pada suatu skala social.
Dalam mempelajari struktur social, para ahli sosiologi memilih untuk menjelaskan satu atau dimensi lainnya dengan melakukan studi stratifikasi social (social stratification). W. LIoyd Warnet, Meeker, dan Eells (1960) meneliti tentang dinamika komunitas organisasi, yakni mereka memfokuskan pada prestise dan bentuk-bentuk interaksi social yang mengatur kehidupan social pada suatu komunitas.Prosedur lazim adalah ilmuwan untuk bergerak ke dalam suatu komunitas dan hidup disana pada suatu waktu, berbicara dengan orang lain dan mengamati kehidupan social. Peneliti memperoleh kelompok-kelompok social dan bertanya tentang struktur social dari suatu komunitas ilmuwan social mempelajari tentang siapa berhubungan dengan siapa, siapa yang dipertimbangkan sebagai posisi teratas, siapa yang di bawah, dan mengapa.Secara perlahan, peneliti menunjukkan suatu gambaran dari suatu komunitas sebagaiman dipandang atau diperspesikan oleh anggotanya.sungguh  jarang seorang warga melihat seluruh struktur komunitas secara jelas, tetapi ilmuwan social mengombinaskan pandangan-pandangan dari banyak orang kedalam suatu gambaran komposisi tunggal yang memprsentasikan consensus. Gambaran ini menunjukkan kelompok-kelompok yang mengatur dalam suatu jaringan, sebagaimana halnya pada suatu gejala social, dari yang tertinggi (top) ke yang rendah (bottom) dalam bentuk-bentuk dari status yang disetujui mereka oleh warga mereka. Setelah garis-garis umum dari struktur social telah diperoleh dan posisi-posisi dari orang tertentu telah disetujui sangat mungkin untuk menempatkan orang lain dalam hubungannya dengan orang asli (original people). Akhirnya, mayoritas dari populasi dapat dilokasikan pada pemetaan sosal dalam cara ini.
Metode pemetaan system social dan penemuan kelas social dari partisipasi seorang disebut method of evaluated socisl psrticipation, sering disingkat E.D. Pertama, dengan melakukan wawancara terhadap anggota-anggota komunitas, garis-garis besar dari struktur social diperoleh, dan nama-nama diperoleh dari sedikit orang yang diwawancarai setuju menempatkan posisi yang diberikan dalam struktur.Hal ini selanjutnya dicatat bahwa dengan siapa orang-orang tersebut berhubungan dengan klub-klub social, klik-klik social informal, klub-klub pelayanan, asosiasi-asosiasi peribadatan, dan lain sebagainya. Sehingga orang lain yang ditempatkan dalam hubungan terhadap kelompok asli. Akhirnya, mayoritas populasi ditempatkan dalam cara ini.
Kebanyakan riset tentang status social atau kelas social hanya menggunakan satu atau dua dari kemungkinan status social dalam kategori individu dalam beberapa skala status. Satu dari sejumlah pendekatan yang digunakan dengan menanyakan responden tentang indicator pekerjaan dan pendidikan dengan menggunakan kategori yang di tawarkan August Hollingshead (1857) sebagai bagian dari dua factor index dari posisi social; responden kemudian ditempatkan dalam kategori kelas social I (high) hingga V (low). Banyak studi lainnya, hanya menggunakan status social  seperti skala North-Hatt (shoe shiner) ke-93 (supreme court justice), khususnya ketika pengukuran-pengukuran lain dari posisi-posisi social sulit diperoleh untuk suatu sampel yang kasar. Pada tahun-tahun terakhir, beberapa studi tentang anak-anak dari kepala keluarga berjenis kelamin perempuan di tetangga miskin telah menggunakan pendidikan ibu sebagai alat ukur kelas social karena informasi lainnya tidak diperoleh.
Para peneliti sering menjustifikasi dan hanya menggunakan satu atau dua pengukuran dari status social, karena pekerjaan, pendidikan, pendapatan, rumah/tetangga, dan variable status social lainnya hanya secara umum dikorelasikan satu sama lain. Pendapatan adalah sebagai contoh bagian dari fungsi pekerjaan, dan sejumlah daripada pendidikan membantu menentukan pendapatan dan pekerjaan seseorang. Penelitian yang dilakukan Hope (1982) mengidentifikasikan bahwa skor-skor prestise pekerjaan sebagiannya di dasarkan pada keyakinan penghargaan ekonomi rang, yang diasosiasikan dengan suatu pekerjaan dan nilai-nilai yang diberikan kepada masyarakat. Ahli fisika, sebagai contoh menempatkan tingkatan (rank) yang lebih tinggi pada kedua ukuran tersebut.Tidaklah mengherankan bila prestise pekerjaan secara signifikan berkorelasi dengan pendapatan.
Treiman (1977) melakukan penelitian tentang studi lintas nasional, dimana temuannya menunjukkan berikut: pertama,pekerjaan yang memiliki prestise yang tinggi dalam suatu Negara lain, berhubungan dengan perbedaan karakteristik dalam politik, social, dan ekonomi. Kedua,dalam lintas Negara, terdapat hubungan/korelasi yang tinggi antara status pekerjaan dan dan pendapatan. Ketiga, suatu standar internasional skala pekerjaan memiliki korelasi yang tinggi dengan skor-skor dari skala-skala pekerjaan local yang berkembang pada Negara-negara tertentu.Keempat, status pekerjaan menunjukkan stabil sepanjang waktu.Walaupun tempat banyak perubahan dalmm tipe-tipe pekerjaan berbeda, pekerjaan terus eksis untuk sepanjang periode waktu pada umumnya dibawah relative sedikit perubahan dalam status.Kelima,hubungan dekat antara pekerjaan dan pendapatan/kekayaan juga telah sangat stabil sepanjang waktu. Misalnya, data pendapatan keterkaitan dengan perbedaan pekerjaan di amerikat serikat, di mana pada 1776 bertalian kuat dengan data 1890, dengn data pendapatan berhubungan dengan pekerjaan di London pada 1870, dengan data pendapatan dengan pekerjaan di inggirs pada 1888, dan dengan data pendapatan pada Florentine pada 1427.
Hal ini penting untuk dicatat bahwa mengukur status pekerjaan dan indicator-indikator status lainnya adalah tidak sama précis, seperti mengukur kelas social. Terminology kelas social (social claas)merujuk pada kelompok-kelompok besar dari sejumlah orang yang memilikipolitik dan tujuan ekonomi dan keinginan dengan possi mereka dalam struktur social.


2.4 Hubungan Pendidikan dengan Stratifikasi Sosial
Pada hakikatnya tidak ada masyarakat tanpa kelas. Definisi sistematik antara lain dikemukakan oleh Pitirim A.Sorokin bahwa pelapisan sosial merupakan pembedaan penduduk atau masyarakat ke dalam kelas-kelas secara bertingkat (hierarkis). Perwujudan dari stratifikasi sosial adalah adanya lapisan-lapisan di dalam masyarakat, ada lapisan yang tinggi dan ada lapisan-lapisan di bawahnya.Setiap lapisan tersebut disebut strata sosial. P.J. Bouman menggunakan istilah tingkatan atau dalam bahasa belanda disebut stand, yaitu golongan manusia yang ditandai dengan suatu cara hidup dalam kesadaran akan beberapa hak istimewa tertentu dan menurut gengsi kemasyarakatan.
Salah satu dasar pembentuk pelapisan sosial atau kriteria yang menonjol atau dominan sebagai dasar pembentukan pelapisan sosial yaitu ilmu pengetahuan.Ilmu pengetahuan ini erat hubungannya dengan pendidikan.Ukuran ilmu pengetahuan sering dipakai oleh anggota-anggota masyarakat yang menghargai ilmu pengetahuan. Seseorang yang paling menguasai ilmu pengetahuan akan menempati lapisan tinggi dalam sistem pelapisan sosial masyarakat yang bersangkutan. Penguasaan ilmu pengetahuan ini biasanya terdapat dalam gelar-gelar akademik (kesarjanaan), atau profesi yang disandang oleh seseorang, misalnya dokter, insinyur, doktorandus, doktor ataupun gelar profesional seperti profesor.
Dalam berbagai studi, disebutkan tingkat pendidikan tertinggi yang didapatkan seseorang digunakan sebagai indeks kedudukan sosialnya di dalam masyarakat.Menurut penelitian memang terdapat korelasi yang tinggi antara kedudukan sosial yang seseorang dengan tingkat pendidikan yang telah ditempuhnya, meski demikian pendidikan yang tinggi tidak dengan sendirinya menjamin kedudukan sosial yang tinggi. Korelasi antara pendidikan dan golongan sosial antara lain terjadi karena anak dari golongan rendah kebanyakan tidak melanjutkan pelajarannya sampai perguruan tinggi. Sementara orang yang termasuk golongan atas beraspirasi agar anaknya menyelesaikan pendidikan sampai perguruan tinggi. Orang yang berkedudukan tinggi, bergelar akademis, yang mempunyai penapatan besar tinggal dirumah elite dan merasa termasuk golongan atas akan mengusahakan anknya masuk universitas dan memperoleh gelar akademis. Sebaliknya anak yang orangtuanya buta huruf mencari nafkahnya dengan mengumpulkan puntung rokok,tinggal digubuk kecil, tak dapat diharapkan akan mengusahakan anaknya menikmati perguruan tinggi. Ada 3 faktor yang mempengaruhi tingkat pendidikan seorang anak, Yaitu:
1.Pendapatan orangtua. 
2.Kurangnya perhatian akan pendidikan dikalangan orangtua.
3.Kurangnya minat si anak untuk melanjutkan ke perguruan tinggi.
Golongan sosial tidak hanya berpengaruh terhadap tingginya jenjang pendidikan anak tetapi juga berpengaruh terhadap jenis pendidikan yang dipilih.Tidak semua orangtua mampu membiayai studi anaknya diperguruan tinggi. Pada umumnya anak-anak yang orangtuanya mampu, akan memilih sekolah menengah umum sebagai persiapan untuk belajar di perguruan tinggi. Sementara orangtua yang mengetahui batas kemampuan keuangannya akan cenderung memilih sekolah kejuruan bagi anaknya, dengan pertimbangan setelah lulus dari kejuruan bisa langsung bekerja sesuai dengan keahliannya. Dapat diduga sekolah kejuruan akan lebih banyak mempunyai murid dari golongan rendah daripada yang berasal dari golongan atas. Karena itu sekolah menengah dipandang lebih tinggi statusnya daripada sekolah kejuruan. Demikian pula dengan mata pelajaran atau bidang studi yang berkaitan dengan perguruan tinggi dipandang mempunyai status yang lebih tinggi , misal matematika, fisika dipandang lebih tinggi dari pada tata buku. Sikap demikian bukan hanya terdapat dikalangan siswa tetapi juga dikalangan orangtua dan guru yang dengan sengaja atau tidak sengaja menyampaikan sikap itu kepada anak-anaknya.








BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya dan masyarakat.Stratifikasi sosial merupakan sebuah pengelompokan masyarakat unuk membedakan antara satu masyarakat dengan masyarakat yang lainnya.Pendidikan dan Stratifikasi sosial sangatlah berhubungan karena Seperti yang kita tahu bahwa pendidikan dapat menjadi alat untuk meningkatkan status sosial masyarakat.Namun pendidikan sendiri dapat menyebabkan stratifikasi sosial dan membuat kesenjangan didalam dunia pendidikan semakin jelas terlihat. Seperti kasus timbulnya label sekolah favorit dan tidak favorit. disini jelas terlihat bahwa sekolah yang berlabel sekolah favorit cenderung dimasuki oleh orang-orang yang berstatus sosial tinggi dan ini menunjukan bahwa peddikan yang bermutu hanya dapat dijangkau oleh orang-orang berkelas tinggi. Sedangkan sebaliknya, orang yang berada didalam kelas bawah mereka harus menikmati pendidikan seadanya.
Disatu sisi kita dapat melihat bahwa pendidikan merupakan sesuatu yang penting untuk masyarakat, namun kondisi dari pendidikan itu sendirilah justru yang memperlihatkan bagaimana stratifikasi sosial yang ada dimasyarakat dimana dalam hal ini hanya orang-orang yang berstatus sosial tinggilah yang dapat menikmati pendidikan.







DAFTAR PUSTAKA

Kelsall R.K&Kelsall H.M.1974.social proses Aspects of modern sociolog. New York:LongMan Group Limited p.Ix.
Syarbani, Syahriz,dkk.2002. sosiologi dan politik. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Tilaar H.A.R.2008.Manajemen Pendidikan Nasional.Bandung: Remaja Rosdakarya.
Gunawan Ary H.Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
Pidarta, Made. 2004. Manajemen Pendidikan Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Nasution, S.2009 Sosiologi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Sumber lain :     
http://www.roysatriadi.co.cc/2010/03/makalah-isd-stratifikasi-sosial-htm. (diakses pada tanggal 16/10/2010).




[1] R.K. Kelsall & H.M Kelsall,social proses:Aspects of modern sociology, LongMan Group Limited,New York,1974 p.Ix
[2] Syahrizal Syarbani,dkk,sosiologi dan politik,(Jakarta:Ghalia Indonesia,2002), hlm 32
[4] H.A.R Tilaar,Manajemen Pendidikan Nasional(Bandung: Remaja Rosdakarya,2008), hlm91-92
[5] http://www.roysatriadi.co.cc/2010/03/makalah-isd-stratifikasi-sosial-htm. (diakses pada tanggal 16/10/2010)
[6] Ary H. Gunawan,Sosiologi Pendidikan,op.cit.hlm 38-39
[7] Made Pidarta,Manajemen Pendidikan Indonesia,(Jakarta:Rineka Cipta,2004),hlm 180-181
[8] S.Nasution,Sosiologi Pendidikan,(Jakarta:Bumi Aksara,2009),hlm 26

0 komentar:

Posting Komentar